REFLEKSI KEKUATAN SOSIAL YANG TERJADI PADA MASYARAKAT KOTA

Kekuatan sosial merupakan nilai atau norma, panduan, sistem yang sudah berakar dari masyarakat, biasanya kekuatan sosial ini diwariskan secara turun-temurun, atau terbangun dengan sendirinya. Kekuatan sosial akan lebih efektif dalam membangun sebuah desa, karena biasanya kekuatan kekuatan sosial ini terjadi pada lingkup desa, misalnya sistem kepercayaan, saling tolong-menolong, saling peduli satu sama lain, saling menghargai dan lain- lain. Kekuatan sosial ada karna masyarakat mengalami hal yang sama, karna masyarakat mempunyai nasib yang sama dan hal ini lah biasanya terjadi pada linkup desa, masarakat desa mayoritas tergolong homogen, dalam hal pekerjaannya, kondisi rumahnya, kebutuhan-kebutuhan pokok untuk mencukupi kehidupan mayoritas tergolong sama, sehingga kekuatan-kekuatan sosial tersebut bisa terbangun dengan sendirinya. Misalnya salah satu anggota suatu rumah tangga sedang sakit, dan sakitnya itu cukup parah, anggota rumah tangga tersebut tidak bisa membiayai biaya rumah sakit, siapa lagi yang bisa mereka andalkan selain tetangganya atau berkonsultasi kepada RT setempat? Warga setempat pun antusias untuk membantunya, bisa dalam hal menyumbangkan uang maupun meminjamkannya uang, karena mereka pun berfikir apabila mereka berada di posisi itu, dan mereka pun pasti membutuhkan bantuan orang lain. Warga desa biasanya saling percaya satu sama lain, sehingga apabila mereka menolong salah satu anggota keluarganya yang sakit mereka pun akan mendapatkan feedback kedepannya meskipun hal itu jarang dirasakan. Atau hal kecil saja seperti sholat berjamaah, sholat berjamaah bisa membangun ikatan sosial, meskipun hanya dengan sholat secara bersama-sama, tetapi secara tidak langsung masyarakat mengenal satu sama lain, dan apabila ada salah satu jamaah tidak mengikuti sholat berjamaah lagi, maka akan menjadi perhatian mengapa dia tidak sholat berjamaah hari ini, itu salah satu sebagai rasa kepedulian antar sesama.

Dan apakah bisa kekuatan sosial ada pada masyarakat kota? Itulah yang menjadi pertanyaan besar sebenarnya, persepsi orang tentang masyarakat kota adalah heteregon, karena tinggal disuatu kota mereka mempunyai kesibukan masing-masing karena tempat mereka bekerja pun berbeda, pekerjaan di kota sangat beragam, tidak hanya berladang, atau bertani seperti di desa, tetapi bekerja mulai dari menjadi kuli bangunan, office boy, satpam, cleaning service, karyawan swasta, pegawai negeri, hingga menjadi pejabat-pejabat tinggi, jarang sekali mereka bisa bertemu denan lingkungan di rumah sekitarnya, mereka mulai pergi bekerja pada subuh sampai larut malam, tidak ada aktifitas atau waktu untuk bisa bersapaan dengan sesama tetangga, apalagi dengan tetangga, untuk keluarga mereka pun sulit rasanya.sehingga dapat dikatakan bahwa memang jarang ada ikatan ikatan sosial ada di masyarakat kota. Selain para suami atau bapak-bapak yang bekerja, di suatu kota biasanya para istri pun atau para ibu-ibu menjadi seorang wanita karir, sehingga jarang rumahnya terisi, rumah terisi hanya untuk tidur saja.

Sama seperti halnya pengalaman saya, sejak saya berada dalam suatu asrama TPB dengan pindah ke kos- kosan. Asrama TPB diibaratkan sebuah desa, karena kita mempunyai kebutuhan yang sama, jadwal kuliah yang sama, kita sama-sama mayoritas mahasiswa perantau, dan kita pun baru pertama kali menginjak bogor. Setiap pagi-siang malam kita selalu bertemu, dan tentunya kita pasti saling mengenal satu sama lain, mulai dari namanya, asal daerahnya, departemen dan lain-lain. Hal ini oun di dukung dengan adanya pengajian lorong, pengajian gedung, acara-acara asrama, apel pagi dan lain-lain. Tidak disadari bahwa ternyata telah membangun ikatan ikatan sosial, seperti adanya kasus teman saya yang sakit, dengan tidak di tunda lama kita pun langsung mengantarkannya ke rumah sakit, selain mengantarkannya ke rumah sakit, kita pun membuat sumbangan untuk dia, kita meminta sumbangan ke beberapa asrama, dan uangnya di pakai untuk biaya pengobatannya. Dan setelah saya pindah ke kosan, anggaplah kosan itu sebagai kota, selama satu tahun di kosan tersebut yang saya kenal hanya teman sebelah dan teman yang ada di depan kamar saya. Karena sudah mempunyai kesibuka masing masing, setelah masuk tingkat departemen sudah mulai banyak tugas dan tugasnya berbeda tidak seperti pada saat TPB, sudah mulai berorganisasi disana sini, sehingga waktu itu berinteraksi dengan teman teman yang ada di kosan pun terbilang tidak pernah. Dan pada suatu kejadian fatal, ada tetangga kosan yang meninggal pun, teman teman kosannya tidak ada yang mengetahui, itulah mengapa pentingnya ada kekuatan kekuatan sosial.

Dan ternyata memang bahwa kekuatan-kekuatan sosial yang di masyarakat kota hampir tidak ada, salah satu faktor utama penyebabnya adalah kurang nya interaksi antar sesama, sehingga rasa kepercayaan, kepedulian antar sesama pun hampir hilang. Jika mereka percaya satu sama lain, rumah-rumah mereka tidak perlu ada satpamnya, tidak perlu meninggikan pagar, pintu selalu tertutup dan lain-lain. Berbeda dengan di desa meskipun pintu rumah tidak di kunci akan aman-aman saja, dan itu menjadi akses terbuka untuk saling bersilaturahmi.

Leave a comment